PERAN BAHASA INDONESIA DALAM PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA
PERAN BAHASA INDONESIA DALAM
PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA
Nur Rosidin/ 1220717055
ABSTRAK
Bahasa adalah budaya, bahasa Indonesia adalah budaya
bangsa Indonesia. Bahasa memegang peran penting dalam sendi kehidupan
bermasyarakat. Selama ini yang menjadi objek tanggapan masyarakat bahwa bahasa
itu merupakan ciri-ciri dari budaya masyarakat atau personal yang ada pada diri
manusia.
Sulit dibayangkan jika suatu budaya disalah satu masyarakat menjadi
hal yang sulit diterima masyarakat. Hal ini disebabkan karena faktor bahasa
yang kurang tepat, khususnya bahasa Indonesia yang kurang begitu dikenal oleh
masyarakat pelosok bangsa Indonesia. Yang menjadi sasaran adalah generasi
penerus khususnya pada anak didik kita. Kalau tidak ditanamkan sejak awal
mengenai pentingnya bahasa maka akan berpengaruh besar pada budaya mereka dan
pendidikannya kedepan.
Pendidikan sebagai tumpuhan pembentukan karakter atau
mental anak, maka harus diatur sesuai dengan kebutuhan kejiwaannya. Menanamkan
nilai-nilai positif dalam suatu pendidikan harus diterapkan, melalui pendidikan
karakter yang didalamnya terdapat nilai-nilai penting seperti; budi pekerti,
pengetahuan, tindakan, dan semua itu dapat dilakukan dengan tingkat kesadaran
yang tinggi. Anak usia dini adalah hal yang strategis untuk ditanamkan
pendidikan karakter yang akan berdampak besar pada kepribadian anak kedepannya
dan memiliki mental dan sikap yang berkualitas untuk menghadapi tantangan hidup
yang semakin kuat.
Kata kunci: Bahasa, Pendidikan, Karakter
ABSTRACT
Language is
cultural, Indonesia language is culture of Indonesia. Language to hold by
important in social life. As long as became that objek attentively social life
that language is constitute feature from
community or personality be to man self. Dificult to imagine if one culture
anything society become the case that dificult to socienty acceptance. This
matter because of language factor that be less appropriate, specialy Indonesian
that be less introduce by social life of nation. And then to target is nation
generation, specialy to us children. When never since beginning abaut important
the language, so will full influance to their culture and educatian future.
Education as
support character building or introduce the mental child. So must to arange
fitting with needed to spiritual. Invest value positif in something for
education must to used. Pass through character building that in found important
value as; natural ability mind, knowledge, action, and that’s all get to do
with storey high consciousness. Child is that matter strategy for invest to
character building will that huge impact to child character future and mental
possession and quality attitude for to stand before life callenge more strong.
Keyword: Language, Education,Character
A. Latar
Belakang
Bahasa merupakan hal yang melekat
pada diri manusia. Bahasa merupakan alat komunikasi manusia dalam berbagai
sendi kehidupan, baik lansung maupun tidak langsung. Tanpa bahasa manusia
diibaratkan lumpuh dan tak berdaya. Mengingat pentingnya bahasa maka diperlukan
untuk diketahui tentang bahasa dalam berbagai aspek, khususnya bahasa
Indonesia.
Bahasa Indonesia merupakan bahasa
pemersatu bangsa dan sebagai bahasa masyarakat Indonesia. Sehingga dengan
bahasa yang dipahami, masyarakat Indonesia bisa mencintai budaya Indonesia.
Bahasa Indonesia mempunyai peran yang sangat penting pada karakter bangsa
Indonesia. Suatu kepribadian dapat tercermin dari bahasanya, jika bahasa
seseorang itu baik maka karakter atau kepribadian seseorang menjadi baik.
Bangsa Indonesia dikatakan berkarakter terletak pada bahasanya yaitu bahasa
Indonesia yang berperan penting dalam pendidikan karakter bangsa Indonesia.
Bahasa yang dianggap sebagai budaya berpengaruh besar dalam pembentukan karakter
seseorang.
Karakter
dan kepribadian bangsa Indonesia bisa tercermin pada bahasa Indonesia.
Masyarakat Indonesia cinta bahasa Indonesia berarti juga cinta akan budaya
Indonesia. Berkenaan dengan pendidikan Nasional bertujuan untuk mengembangkan
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Sedangkan
salah satu untuk mendapatkan pendidikan dengan nilai-nilai mulia, berakhlak,
kreatif dan memiliki karakter sesuai budaya bangsa dapat diperoleh melalui
penggunaan bahasa yang baik. Seperti yang ditekankan pada pernyataan diatas,
bahasa ternyata memiliki peranan dalam pengelolahan dan menciptakan generasi
penerus yang memiliki nilai lebih. Dengan alasan tersebut perlu menganalisis
lebih jauh tentang peran bahasa Indonesia dalam pendidikan karakter bangsa
Indonesia.
B. Rumusan
Masalah
Berpijak
dari latar belakang di atas, kami merumuskan masalah sebagai berikut:
- Bagaimana Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia dalam Dunia Pendidikan?
- Bagaimana Penanaman pendidikan karakter Melalui Bahasa?
- Bagaimana peran bahasa Indonesia dalam pendidikan karakter bangsa Indonesia?
C. Kedudukan dan Fungsi Bahasa dalam Dunia
Pendidikan
Pada dasarnya bahasa adalah seperangkat kaidah untuk berkomunikasi antar
umat manusia, hakekat bahasa itu antara lain bahwa bahasa itu sistematik,
manasuka, ucapan, simbol, mengacu pada dirinya, komunikasi, produktif, unik,
universal, benda, objek yang dapat diteliti secara ilmiah, daftar kata-kata dan
tidak tertukarkan (Siswanto PHM, dkk. 2012:11-23). Secara linguistik bahasa
adalah sistem tanda bunyi yang disepakati oleh anggota kelompok masyarakat
tertentu dalam bekerja sama, berkomunikasi dan mengidentifikasikan diri. Dengan
demikian, bahasa adalah suatu tanda atau lambang yang telah bersistem yang
harus mendapatkan suatu kesepakatan seluruh warga masyarakat yang terlibat
dalam suatu lingkungan masyarakat yang bertujuan sebagai alat bekerjasama,
berkomunikasi, dan sarana identitas suatu masyarakat. Sistem dalam bahasa
adalah suatu aturan yang mengatur unsur-unsur bahasa sehingga tanda atau
lambang dapat mempunyai arti.
Menurut pendapat Noam Chomsky (dalam
Hendriyanto, 2013:18) menerangkan bahwa suatu bahasa yang hidup ditandai oleh
kreatifitas yang dituntut oleh aturan-aturan. Aturan-aturan tata bahasa
bertalian dengan tingkah laku kejiwaan dan manusia adalah satu-satunya makhluk
yang dapat belajar bahasa. bahasa yang hidup adalah bahasa yang dapat dipakai
dalam berpikir. Berdasarkan pendapat tersebut, batasan dari bahasa adalah
bahasa dapat digunakan sebagai sarana untuk berpikir. Hal ini berkaitan dengan
bahasa tulis, dengan mempelajari bahasa tulis manusia mampu mengembangkan ilmu
pengetahuan yang berguna bagi kehidupan manusia.
Benyamin Lee dan Sapir (dalam
Hendriyanto, 2013:18) dalam hipotesisnya mengemukakan bahwa struktur bahasa
adalah suatu budaya yang menentukan apa yang orang lakukan dan pikirkan. Dengan
demikian, dapat dibayangkan bagaimana seseorang menyesuaikan dirinya dengan
realitas tanpa menggunakan bahasa dan bahasa hanya semata-mata digunakan untuk
mengatasi persoalan komunikasi atau refleksi tertentu.
Dari pendapat para ahli, ada persamaan
yang jelas dalam hakekat bahasa. Persamaan itu adalah bahasa ditempatkan
sebagai alat komunikasi antarmanusia untuk mengungkapkan pikiran atau perasaan
dengan menggunakan simbol-simbol komunikasi, baik yang berupa suara, gestur,
maupun tanda-tanda bahasa berupa tulisan. Selain itu, bahasa dilihat dari ilmu
komunikasi dapat dibedakan dari dua sisi, yaitu sisi formal dan fungsional.
Secara formal, bahasa diartikan sebagai semua kalimat yang terbayangkan yang
dibuat menurut tata bahasa. secara fungsional, bahasa diartikan sebagai alat
yang dimiliki bersama untuk mengungkapkan gagasan. Setelah mengetahui hakekat
bahasa, maka bahasa menpunyai peranan penting dalam berbagai aspek.
Bahasa selain menunjukkan budaya tetapi juga kecerdasan personal seseorang
(intelegensi linguistic). Bahasa
mempunyai peranan yang sangat penting dalam hidup manusia. Manusia sudah
menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi antarsesamanya sejak berabad-abad
silam. Bahasa hadir sejalan dengan sejarah sosial komunitas-komunitas
masyarakat atau bangsa. Pemahaman bahasa sebagai fungsi sosial menjadi hal
pokok manusia untuk mengadakan interaksi sosial dengan sesamanya. Bahasa
apabila ditinjau dari dasar dan motif pertumbuhannya, bahasa berfungsi sebagai:
alat untuk menyatakan ekspresi diri, alat komunikasi, alat untuk mengadakan
integrasi dan adaptasi sosial, dan alat untuk mengadakan kontrol sosial. Dalam
interaksi dan hubungan sosial pada kehidupan manusia tidak terlepas dari bahasa
itu, tanpa bahasa pasti akan terasa sulit untuk saling mengenal.
Empat fungsi yang diungkapkan diatas, salah satunya menunjukkan cara yang
bisa dikatagorikan sebagai lingkungan pendidikan yaiu masyarakat. Didalam
lingkungan daerah yang dekat dengan kota maupun daerah yang jauh dari pusat
kota, pendidikan diluar sekolah tentu saja yang berada dalam masyarakat sangat
dibutuhkan, karena bagi daerah seperti ini lingkungan pendidikan yang
menyediakan ilmu pengetahuan, keterampilan, atau performan yang berfungsi dapat
menggantikan pendidikan dasar utama.
Pendidikan itu merupakan suatu investasi strategis untuk kemajuan bangsa
dan negara. Negara itu dikatakan maju tidaknya tergantung dengan pendidikannya.
Dalam melaksanakan pendidikan maka toidak terlepas dari peran bahasa. Bahasa
ini sangat menunjang untuk melancarkan proses pendidikan. Dengan bahasa yang
baik dan benar akan mencerminkan output
dari dunia pendidikan. Maka dari itu pendidikan sangat membutuhkan bahasa,
tanpa bahasa tidak akan bisa dijalankan.
D. Penanaman Pendidikan Karakter melalui Bahasa
Dalam
pandangan Islam karakter itu sama dengan akhlak. Akhlak dalam pandangan Islam
adalah kepribadian. Pendidikan Karakter ini sebenarnya menekankan dimensi etis
spiritual dalam proses pembentukan kepribadian. Pendidkan karakter merupakan
sebuah usaha untuk menghidupkan kembali pedagogi ideal atau spiritual yang
sempat hilang diterjang gelombang positivisme ala Comte (Majid, 2011:8).
Sejak tahun 1990-an, terminologi
pendidikan karakter mulai ramai dibicarakan. Menurut Ryan dan Bohlin (dalam
Majid, 2011:11) mendefinisikan karakter menjadi tiga unsur pokok yaitu
mengetahui kebaikan (knowing the good),
mencintai kebaikan (loving the good),
melakukan kebaikan (doing the good).
Dari tiga unsur tersebut bahwa karakter itu harus mengetahui kebaikan,
mencintai dan melakukan kebaikan untuk kepentingan agama dan tidak keluar dari
norma-norma hukum agama maupun negara.
Menurut Hornby dan Parnwell (dalam Majid,
2011:11) menjelaskan bahwa karakter adalah kualitas mental atau moral, kekuatan
moral, nama atau reputasi. Jadi karakter itu adalah sifat pada diri sesorang
yang melekat pada diri seseorang yang didalamnya memiliki sesuatu yang positif
untuk menjalankan kehidupannya dengan penuh keyakinan.
Dari pendapat para ahli diatas dapat
diambil kesimpulan bahwa pendidikan karakter adalah pendidikan yang
mengedepankan pendidikan watak, sifat, atau hal-hal yang memang sangat mendasar
yang ada pada diri seseorang dan hal-hal yang sangat abstrakyang ada pada diri
seseorang yang sering disebut orang sebagai tabiat atau perangai. Apapun
sebutanya karakter ini adalah sifat batin manusia yang memengaruhi segenap
pikiran dan perbuatannya.
Sikap dan tingkah laku seorang individu
dapat dinilai oleh masyarakat sekitarnya sebagai sikap dan tingkah laku yang
diinginkan atau ditolak, dipuji, baik maupun jahat. Dengan mengetahui adanya
karakter (watak, sifat, tabiat atau perangai) seseorang dapat memperkirakan
reaksi-reaksi dirinya terhadap berbagai fenomena yang muncul dalam diri ataupun
hubungannya dengan orang lain, dalam berbagai keadaan serta bagaimana
mengendalikannya. Karakter dapat ditemukan dalam sikap-sikap seseorang,
terhadap dirinya, terhadap orang lain, terhadap tugas-tugas yang dipercayakan
padanya dan dalam situasi-situasi yang lain.
Seiring perkembangan zaman yang terus berubah, memaksa pendidikan yang dinilai
mempunyai peran besar harus pandai berinovasi. Hal-hal yang memaksa adanya
inovasi pendidikan antara lain: besarnya eksploasi pendidikan, melonjaknya
anspirasi dikalangan masyarakat luas, kelemahan sistem. Adanya inovasi dalam
perbaikan pendidikan di negara kita antara lain dengan adanya pendidikan
karakter, Koesuma dalam artikelnya menyatakan tujuan pendidikan adalah untuk
pembentukan karakter yang terwujud dalam kesatuan esensial si subyek dengan
perilaku dan sikap hidup yang dimilikinya. Karakter merupakan sesuatu yang
mengualifikasi seorang pribadi. Karakter menjadi identitas yang mengatasi
pengalaman kontingen yang selalu berubah. Dan kualitas seseorang secara pribadi
mampu diukur.
(http://www.asmakmalaikat.com/go/artikel/pendidikan/umum1.htm)
Pendidikan berbasis karakter merupakan salah satu upaya dalam pembaharuan
di dunia pendidikan, besar pengaruh penanaman karakter pada anak dianggap
sebagai hal pokok. Hal ini mengisyaratkan bahwa mutu pendidikan karakter
peserta didik sangat penting untuk ditingkatkan. Karakter merupakan nilai-nilai
perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri,
sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap,
perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata
krama, budaya, dan adat istiadat.
Pendidkan karakter ini harus dibarengi dengan kesungguhan dari berbagai
pihak untuk mewujudkannya. Dunia pendidikan, media massa, para pemimpin,
masyarakat, dan keluarga harus menyambut dan melakukannya karena tanggung jawab
ini milik perorangan. Kesadaran akan pendidikan karakter untuk generasi bangsa
akan melahirkan generasi yang berkualitas, berkarakter dan bermartabat. Maka
dari itu kesadaran akan jati diri manusia Indonesia yang berkarakter Indonesia
ini harus benar-benar dioptimalkan sehingga angka kolusi, korupsi, serta
nepotisme di Indonesia dapat ditekan.
3. Peran Bahasa Indonesia dalam Pendidikan Karakter
Bangsa Indonesia
Bahasa mempunyai kekuatan yang dahsyat dalam pembentukan kepribadian karena
didalam bahasa terdapat energi positif yang mampu membentuk kristal indah dalam
tubuh manusia (Pamungkas, 2012:19). Bahasa memegang peranan penting dalam
kehidupan manusia untuk berinteraksi, berkomunikasi, dan mengembangkan dirinya
dengan bahasa. Bahasa merupakan pola struktur kehidupan masyarakat yang
beradab. Menurut Nababan (dalam Pamungkas, 2012:19) manusia menggunakan bahasa
taatkala manusia dalam kondisi bangun (sadar) dan dalam kondisi tidur pun
manusia menggunakan bahasa. Bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu
direpublik Indonesia tentu mempunyai fungsi yang sangat dominan dalam berbagai
aspek kehidupan.
Bahasa Indonesia sangat dibutuhkan
perananya oleh masyarakat Indonesia, yang mempunyai fungsi yang sangat jelas
dalam kehidupan bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia juga mempunyai kekuatan
dalam pembentukan manusia Indonesia yang berkarakter Indonesia.
Pendidikan karakter marak dibicarakan dimana-mana. Dalam berbagai seminar
dari tingkat lokal sampai nasional, hal ini dilakukan karena pada zaman ini
sebagian orang Indonesia telah kehilangan karakter Indonesia. Untuk menumbuhkan
kembali karakter Indonesia, maka perlu adanya pendidikan karakter yang
ditanamkan sejak dini. Yang pada dasarnya anak yang akan dididik agar menjadi
anak yang berkarakter indonesia.
Ratna (dalam Pamungkas, 2012:22) menyampaikan bahwa pada usia dibawah tujuh
tahun merupakan saat yang tepat bagi anak untuk diajarkan pendidikan karakter.
Menurut Ratna, usia tersebut sangat tepat untuk pembentukan watak, akhlak, atau
karakter bangsa. Dan di dalam bangsa Indonesia bisa dibentuk melalui bahasa
Indonesia.
Bangsa Indonesia sebagai bagian dari masyarakat dunia yang kaya akan
kekayaan alam, negara yang relatif aman, tentram, masyarakatnya masih
mengedepankan gotong-royong, hidup dalam kebersamaan. Bahasa Indonesia
merupakan bahasa yang memegang peran penting dalam Republik Indonesia.
Kesadaran akan pentingnya bahasa Indonesia harus dipikirkan serta diterapkan
dalam kehidupan keluarga, masyarakat, bangsa,
dan negara.
Untuk mewujudkan karakter bangsa kembali, maka para generasi-generasi
penerus bangsa perlu diberikan pembelajaran tentang penggunaan bahasa Indonesia
yang baik secara lisan maupun tertulis, susah dibayangkan juka generasi
penerusnya bahasanya rancu, dan lama kelamaan karakter bangsa Indonesia terus
terkikis. Para pendidik harus mengajarkan bahasa Indonesia bukan hanya teori
saja tetapi juga harus bisa memratikkannya, tetapi harus memberi contoh
berbahasa yang baik, dalam situasi formal dan nonformal. Bisa dikatakan
berbahasa yang baik itu yaitu mampu menggunakan bahasa sesuai situasi dan
kondisi. Dengan mampu menggunakan bahasa yang baik, tentu juga berpengaruh
dalam tingkah laku, watak, kepribadian atau karakter yang baik. Bangsa
indonesia akan bermartabat apabila masyarakatnya mampu menggunakan bahasa
Indonesia yang baik, bangga terhadap bahasanya, dan selalu menggunakan bahasa
Indonesia dengan santun, berarti sudah mampu menunjukkan karakter bangsa
Indonesia.
Bangsa memiliki karakternya sendiri-sendiri. Karakter itulah yang menjadi
trayek kemajuannya sendiri-sendiri. Jalan kemajuan suatu bangsa itu adalah
jalan karakternya. Karakter itu adalah suatu cetakan, dan itu menjadi dasar
kepribadiannya. Karakter inilah yang membedakan, satu Negara dengan Negara
lain. Jika suatu bangsa sudah kehilangan karakter, maka itu adalah kehilangan
segala-galanya.
Fungsi dari karakter bangsa untuk menyaring budaya bangsa sendiri dan budaya
bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya, karakter bangsa yang
bermartabat. Sedangkan tujuan karakter bangsa adalah menanamkan jiwa
kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai generasi penerus bangsa;
mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif,
berwawasan kebangsaan.
Ciri-ciri Karakter dan moral Bangsa indonesia sejak tahun 1965 pelan-pelan
berubah. Kapitalisme-liberalisme pelan-pelan mengikis karakter dan perilaku
bangsa Indonesia. Jiwa dengan semangat Pancasila pelan-pelan dibuat luntur,
kemudian semangat dagang, yang efisien, kreatif, dan kompetitif dipompakan di
jiwa raga bangsa Indonesia.
Jiwa dan semangat merebut kemerdekaan yang dulu dimiliki bangsa ini punah
secara pelan tapi pasti, berubah kearah opportunik, berebut (hasil)
kemerdekaan. Melewati tahun 1970 karakter dan moral yang populis dan sosialis
berubah kearah karakter materialistis-individualistis. Perubahan sistem
politik-ekonomi yang kapitalis-liberalis terus merambah ke berbagai jiwa
birokrasi pemerintahan dan dunia usaha. Singkat kata, investasi melahirkan
regulasi. Regulasi melahirkan privatisasi. Maka lahir privatisasi, efisiensi,
peningakatan produksi, bermuara ke pertumbuhan ekonomi. Tetapi bersamaan dengan
itu lahir pula penyakit birokrasi dan korupsi. Maka tahun-tahun selanjutnya
korupsi dan demoralisasi merajalela dan membudaya. Akibatnya bisa kita lihat
sekarang ini.
Untuk mengubah karakter
Bangsa Indonesia yang telah berubah menjadi karakter yang diangkap buruk,
maka bahasa-lah yang merupakan salah satu caranya, karena bahasa merupakan
cerminan dari watak, sifat, perangai, dan budi pekerti penggunanya.
Bahasa Indonesia memiliki kedudukan dan fungsi yang penting. Bahasa Indonesia
berdiri sebagai lambang kebanggan dan sebagai lambang identitas dari bangsa
Indonesia. Bahasa Indonesia menunjukan, identitas, latar belakang dan budaya
dari bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia merupakan pembentuk karakter nasional.
Namun dalam pembentukan ini terdapat tantangan-tantangan.
Tantangan pembentukan karakter nasional melalui bahasa di Indonesia terdiri
dari tantangan internal dan eksternal. Secara internal bahasa persatuan ini
harus menghadapi realita bahwa Indonesia terdiri dari berbagai bahasa dan
budaya. Sehingga dalam proses sosialisasinya bahasa Indonesia harus menuntaskan
kegamangan antara menampilkan bahasa Indonesia sebagai bahasa yang dapat
digunakan seluruh masyarakat tanpa melenyapkan bahasa daerah. Hal ini diperumit
dengan suatu kondisi dimana beberapa bahasa daerah terancam punah diakibatkan
sosialisasi bahasa Indonesia yang tidak mengindahkan perawatan bahasa daerah
sebagai bahasa ibu yang harus dilestarikan. Sehingga pada daerah yang masih
tertinggal, bahasa ibu ditinggalkan karena tidak lebih prestise dibandingkan
bahasa Indonesia. Di satu sisi bahasa Indonesia juga harus menghadapi realita
bahwa penuturnya sendiri sangat sedikit yang mau mempelajari kaidah bahasa yang
baik dan benar.
Disisi lain, kesadaran dari pemerintah, media, dan masyarakat terhadap
konsep bahasa persatuan masih rendah. Usaha para budayawan dan ahli bahasa
Indonesia belum didukung penuh oleh kebijakan strategis dan merakyat dari
pemerintah. Ditambah lagi peran media yang semakin luas tidak diimbangi oleh
usaha sosialisasi bahasa Indonesia yang baik dan benar membuat masyarakat kini
lebih merespon stimulasi dari asing serta semakin jauh dari kaidah berbahasa
yang benar. Bukannya masyarakat harus tertutup dari pengaruh asing, namun
kemampuan untuk menyaring informasi, gaya bahasa, dan perilaku inilah yang
menjadi pokok masalah terjadinya kegamangan identitas/karakter yang dimiliki
Indonesia.
Dalam konteks bahasa Melayu peran bahasa Melayu akan semakin berkembang,
baik di kawasan Asia Tenggara maupun di belahan bumi yang lain. Di luar Asia
Tenggara bahasa Melayu dipelajari di delapan Negara Eropa dan dua Negara di
Amerika. Jumlah penutur bahasa Melayu dalam waktu dekat ini akan terus
meningkat. Hal ini akan meningkatkan prestise di kalangan para
penuturnya yang kemudian akan mempengaruhi sikapnya untuk lebih positif
terhadap bahasa Melayu. Namun pengaruh bahasa Inggris belum begitu jelas di
Asia Tenggara pada masa depan.
Pengaruh secara global bahasa Melayu tersebut tentunya akan juga
berpengaruh di Indonesia meskipun akan membutuhkan proses yang sangat lama.
Pengaruh tersebut berkaitan juga tingkat kesadaran pemerintah, media, dan
masyarakat Indonesia tentang pentingnya bahasa Indonesia sebagai pemersatu dan
sebagai pembentuk karakter Bangsa Indonesia. Kesadaran ini tidak hanya pada
bagian luar pemahaman saja, namun selayaknya menjadi penghayatan dan
pengidentifikasian seluruh masyarakat sebagai satu bangsa.
Marilah sadar akan pembentukan karakter yang semangat. Semangat
Nasionalisme, dengan menggunakan bahasa Indonesia yang benar. Satu warga
Indonesia harus bersama-sama membaharui keburukan karakter bangsa.
Kebiasaan-kebiasaan buruk perlu dirubah menjadi kebiasaan yang baik, demi
mempersatukan bangsa.
Dengan membina dan menanamkan bahasa yang baik dan benar, maka akan
terwujud karakter bangsa Indonesia yang
berkualitas, mampu menyaring budaya dari luar. Sehingga masyarakat bangsa
Indonesia mempunyai karakter Indonesia.
E. Simpulan
Bahasa merupakan suatu hal yang
dianggap perlu untuk dilaksanakan pada lingkungan pendidikan, karena
pemerolehan bahasa dikaitkan dengan penguasaan sesuatu bahasa tanpa disadari
atau dipelajari secara langsung yaitu tanpa melalui pendidikan secara formal
untuk mempelajarinya, sebaliknya memperolehnya dari bahasa yang dituturkan oleh
ahli masyarakat di sekitarnya. Bahasa diberikan pada lingkungan pendidikan, dan
dimulai dari usia anak anak, sehingga penanaman nilai-nilai yang diberikan
sejak anak-anak dinilai lebih maksimal dari pada diberikan pada usia dewasa.
Dan bahasa Indonesia memegang peranan penting dalam pendidikan karakter bangsa
untuk membentuk karakter bangsa Indonesia. Apabila masyarakat bangsa Indonesia
mampu berbahasa Indonesia, maka terbentuklah karakter bangsa Indonesia.
F. Daftar Pustaka
Pamungkas,
Sri. 2012. Bahasa Indonesia dalam
Berbagai Perspektif. Yogyakarta:
CV. Andi Offset.
Hendriyanto,
Agoes. 2013. Filsafat Bahasa.
Surakarta: YUMA PUSTAKA.
Siswanto,
PHM, dkk. 2012. Pengantar Linguistik
Umum. Yogyakarta: Media Perkasa.
Majid,
Abdul, dkk. 2011. Pendidikan Karakter
Perspektif Islam. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Daftar Riwayat Hidup
Nur Rosidin lahir di
Desa Kledung, Kecamatan Bandar, Kabupaten Pacitan, lahir pada tanggal 30 April
1993. Sekolah Dasar di SD N Kledung III, lulus pada tahun 2005, Sekolah
Menengah Pertama di SMP N I Bandar, lulus pada tahun 2008, Sekolah Menengah
Kejuruan di SMK N Bandar,
Komentar
Posting Komentar