SERAGAM ABU-ABU
Pacitan, 10 Nopember 2018
Doni Wijanarko
Alkisah dua orang remaja laki-laki yang berkenalan dan
berteman ketika bersekolah di sekolah yang sama. Sekolah yang terkenal dengan
julukan sekolah paling killer alias paling tertib dan disiplin terhadap
muridnya. Remaja laki-laki yang pertama sebut saja Doni dan yang satunya sebut
saja Anggit. Mereka berdua belum pernah bertemu satu sama lain dan baru
berkenalan ketika mereka berdua memasuki SMK yang sama. Dua anak tersebut
adalah siswa baru dan keduanya adalah teman satu kelas yang sama-sama mengambil
jurusan Akomodasi Perhotelan.
Doni dan Anggit berasal dari SMP yang berbeda, dan latar
belakang mereka berdua pun berbeda pula. SMP tempat Doni dulu belajar dikenal
dengan SMP paling sangar. Sangar karena siswa di SMP tersebut rata-rata dari
anak-anak nakal dan anak–anak yang tidak diterima di SMP favorite. Hampir
setiap hari ada aksi kenakalan yang dilakukan oleh siswa di tempat sekolah Doni.
SMP yang sangar pun ternyata tidak mempengaruhi karakter Doni, Doni mempunyai
karakter yang ceria dan suka bergaul dengan siapapun, Doni dikenal paling disiplin
terhadap peraturan sekolah dan selalu mendapat rangking 5 besar di kelasnya.
Sedangkan Anggit? Anggit berasal dari SMP ternama dan
salah satu sekolah favorite. SMP asal sekolah Anggit mempunyai citra yang baik
dibandingkan SMP asal sekolah Doni. Namun hal tersebut ternyata berbanding
terbalik dengan tingkah laku Anggit. Anggit adalah sosok yang sudah terbiasa
melanggar dan berperilaku sesuka hatinya meskipun harus melanggar
peraturan-peraturan yang ada. Bagi dia penampilan menjadi nomer satu, bahkan
dia rela kelaparan asalkan pakaian yang ia kenakan adalah barang berkualitas.
Dia mempunyai perawakan yang konyol, lucu, berpenampilan kekinian, dan suka
genit terhadap wanita. Meskipun demikian Anggit adalah pribadi yang loyal
terhadap teman nya.
Di awal masa mereka sekolah, Doni dan Anggit tidak
beigitu akrab. Hingga suatu waktu mereka berdua bertemu di salah satu tempat
bililyard yang ternyata Doni dan Anggit mempunyai kenalan yang sama. Anggit
menemani Dila bermain biliyard yang ternyata Dila adalah teman dari Doni juga.
Doni, Anggit, dan Dila berbincang-bincang dan dari situlah Doni dan Anggit
mulai akrab.
Di tengah asiknya perbincangan mereka bertiga, Anggit
berpamitan untuk pulang. Karena Anggit boncengan dengan Dila dan Dila masih
enjoy bermain biliyard, akhirnya Dila meminta tolong Doni untuk mengantar
Anggit ke salah satu tempat nongkrong yang mana sepedah motor Anggit ditinggal.
Disaat perjalanan pun Doni dan Anggit masih asik berbincang dan darisitulah
mereka berdua sudah mulai akrab.
Ada hal menarik anatara Doni dan Anggit. Kedua remaja ini
mengalami masa terindah dalam hidupnya yaitu menjadi siswa paling hitz di
sekolahnya, mereka hitz di awal masa masa SMK mereka. Tidak tanggung-tanggung
mereka diperkenalkan langsung oleh kepala sekolah nya. Bukan karena prestasi
atau penghargaan, melainkan karena kedua remaja tersebut melakukan perbuatan
yang melanggar peraturan yang ada di sekolah mereka.
Seperti siswa sekolah pada umumnya, Anggit dan Doni
diwajibkan untuk mengikuti Upacara Bendera setiap hari Senin. Menarik nya mereka
berdua pernah dihukum karena ketahuan mbolos upacara. Di awal masa-masa mereka
bersekolah Doni yang dikenal disiplin selalu mengikuti upacara bendera tanpa
terpikir olehnya untuk membolos dan tidak mengikuti Upacara Bendera. Adapun
Anggit lebih sering membolos dan tidak mengikuti upacara bendera. Tercatat
telah beberapa kali Anggit tidak mengikuti Upacara Bendera, tetapi beruntungnya
Anggit pun selalu lolos dari razia dan ancaman hukuman.
Hingga pada suatu hari Senin, Doni merasa mager alias
malas gerak dan merasa badmood. Pada waktu yang bersamaan, Anggit datang dan
menawari Doni untuk ikut mbolos dan tidak mengikuti upacara. Doni yang dikenal
takut untuk melanggar peraturan sekolah akhirnya pun menolak di ajakan Anggit
yang pertama. Anggit pun tidak menyerah dan beberapa kali merayu Doni untuk
ikut mbolos upacara. Namun apalah daya iman yang kuat membuat Doni menolak
sekali lagi ajakan Anggit.
Beberapa menit menjelang upacara dimulai, Doni yang
gundah melangkah berat untuk tetao pada keteguhan nya untuk mengikuti upacara.
Tetapi jhal tersebut tidak bertahan ketika Doni melihat isi tas nya dan
terkejut karena dia lupa membawa topi. Iman doni yang kuat pun perlahan rapuh
dan memikirkan kembali ajakan Anggit. Di waktu yang tinggal mepet akhirnya
dengan pertimbangan yang matang Doni pun mengikuti ajakan Anggit untuk membolos
upacara.
Doni menemui Anggit dan mengatakan kepada Anggit bahwa
dia tertarik untuk ikut membolos upacacara bendera. Dengan kemampuan Anggit
sering yang dari razia membuat Doni yakin bahwa dirinya akan lolos juga darr
razia. Aksi pun dimulai, mereka berdua menuju tempat persembunyian Anggit.
Tanpa disangka-sangka tempat persembunyiaan nya adalah gudang tempat peletakan
barang-barang yang tidak terpakai dan lokasinya pun tidak jauh dari lapangan
tempat upacara.
Doni dan Anggit pun bersembunyi di gudang tersebut,
dengan hati dag dig dug Doni pun harap-harap cemas agar lolos. Sedangkan Anggit
yang sering lolos, tertawa dan membully Doni. “haha, gitu aja kamu takut don
don” ejekan Anggit melihat ekspresi Doni. Doni pun hanya terdiam dan melihat
sinis Anggit. Mereka pun berbincang banyak hal dan menceritakan pribadinya
masing-masing.
Waktu demi waktu berlalu, runtutan upacara yang terdengar
dari tempat persembunyian mereka berdua menambah ketegangan bagi Doni.
“Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu” terdengar suara kepala sekolah
yang menyampaikan amanat. Doni yang agak mulai tenang, merasa dirinya telah
lolos dari razia.
Beberapa waktu ketika amanat berlangsung, Doni dan Anggit
mendengar suara langkah sepatu di sekeliling tempat persembunyian mereka.
“siapa itu nggit?” tanya lirih dari Doni kepada Anggit. “Itu suara pak tukang
bangunan Don, santai saja” tanggapan remeh Anggit.
Doni yang mulai panik sedikit melirik kearah luar gudang,
dan benar saja dugaan Doni ada salah satu guru yang berpatroli di sekililing
gudang. Melihat hal tersebut Doni memberikan info kepada Anggit. Lagi-lagi Anggit menanggapinya dengan tenang
dan sedikit meremehkan. Mereka berdua mencoba untuk tetap tenang dan berusaha
untuk tidak menimbulkan terlalu banyak suara.
Tidak berselang lama, ketika amanat dari kepala sekolah
telah selesai, terdengar suara mendobrak pintu gudang dan berteriak “keluar...
woi keluar....” . Anggit dan Doniyang mendengar hal tersebut mulai panik dan
mencba untuk mencari jalan keluar. “nggit gimana nggit, ada jalan keluar ngga?
Tanya doni yang super panik. “Engga ada don ,hmmmmmm” jawab Anggit setengah
panik.
Mereka berdua yang tak tau mau gimana lagi, akhirnya
menyerahkan diri. Baru keluar dari gudang mereka berdua langsung disambut
gemblengan dari guru kesiswaan dan satpam sekolah mereka. Bagaikan maling yang
tertangkap, mereka berdua pun dibawa menuju lapangan upacara dan di sejajarkan
dengan bapak kepala sekolah. Dengan wajah malu Doni hanya bisa terdiam dan
tertunnduk lesu. Sedangkan Anggit tampak biasa saja, bahkan merasa bangga dan
tersenyum seperti orang tidak bersalah. “santai aja don,slow” sambil tersenyum menepuk pundak Doni.
Mereka berdua pun berdiri di samping kepala sekolah dan
dipekenalkan oleh kepala sekolah kepada sekuruh siswa SMK yang mengikuti
upacara pada hari itu. Tidak cukup disitu, setelah upacara selesai, mereka pun
di undang untuk meghadap kepala sekolah “nanti habis ini ke runagan saya ya,
mau saya kasih hadiah” ucap kepala sekolah kepada mereka berdua. Dari kepala
sekolah mereka berdua hanya mendapat warning dan catatan khusus yang mana
ancaman bagi mereka berdua untuk tidak melakukan perbuatan nakal lagi
Doni pun merasa menyesal karena telah mengikuti Anggit,
dan Anggit pun merasa apes karena tertangkap razia. “nggit nggit baru ikut
mbolos sekali aja udah ketangkep” sahut Doni dengan menatap anggit sinis sambil
tersnyum tipis. Anggit pun menjawab “don don gara-gara kamu ikut jadi tercyduk
kan?” balasan anggit sambil tersenyum lebar.
Mereka berdua mempunyai karakter yag berbeda tetapi
saling melangkapi dan tetap berteman meskipun terkadang berbeda jalan.
Komentar
Posting Komentar