Pilu di Hari Bahagiaku
Oleh: Wardiana Yulianti
Setelah selesai
sekolah pasti akan ada saat perpisahan atau wisuda berakhir dengan kesedihan
dan mungkin ada juga kegembiraan yang dirasakan oleh setiap orang. Sedihnya
karena berpisah dengan teman lama yang sudah terlalu dekat dan menyatu, bahkan teman
tersebut banyak yang merantau ke kota
orang. Dan terkadang momen seperti itu di sampingnya, selain ortu ada juga
seseorang yang menemaninya dan memberikan bunga.
Senangnya kalau mendapat nilai terbaik atau mendapat comloude. Setelah 3 (tiga) tahun lamanya aku bersekolah di bangku SMK, akhirnya tepat pada tanggal 12 Mei 2018 aku di nyatakan LULUS dan di WISUDA. Tepat di wisuda itu harus dandan yang cantik dan rapi, karena itu adalah momen yang sangat berharga. Ibuku dan adik perempuanku menghadiri wisudaku, karena ayah tidak bisa datang harus bekerja.
Senangnya kalau mendapat nilai terbaik atau mendapat comloude. Setelah 3 (tiga) tahun lamanya aku bersekolah di bangku SMK, akhirnya tepat pada tanggal 12 Mei 2018 aku di nyatakan LULUS dan di WISUDA. Tepat di wisuda itu harus dandan yang cantik dan rapi, karena itu adalah momen yang sangat berharga. Ibuku dan adik perempuanku menghadiri wisudaku, karena ayah tidak bisa datang harus bekerja.
Lulus dari
SMK bukan berakhirnya belajar, justru keluar dari bangku SMK akan menghadapi
yang namanya kehidupan nyata atau sebenarnya. Di uji di setiap waktu demi
waktu, hari demi hari dengan berbagai rintangan kehidupan yang silih berganti.
Masalah demi masalah akan datang dengan sendirinya, tanpa aku duga sebelumnya.
Tinggal bagaimana caraku untuk mengatasinya dan menjalaninya.
Aku juga memikirkan sesuatu yang sebelumnya tidak terduga, yaitu mengapa di
saat momen seperti inilah tidak ada seorang penyemangat atau orang spesial
selain orang tua. Akan tetapi semua tidak bisa di pungkiri, karena yang di Atas
belum memperlihatkan seseorang tersebut untukku. Tersenyum adalah cara
tersendiriku untuk menutupi kesedihan dan kegundahan di hati, agar semua orang
tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi padaku.
Memang, berpura-pura
tersenyum bahagia di atas kesedihan itu memang sulit. Tapi apalah dayaku,
karena aku tidak ingin melihat orang di dekatku juga ikut sedih melihatku sedih
dan termenung. Setiap wanita juga ingin disayang, dimengerti dan diperjuangkan
oleh lelaki yang dimaksudnya.
Hati seorang wanita sangatlah rentan dan mudah
tergores oleh luka hati yang ditinggalkan begitu saja dan kadang tanpa ada
alasan yang jelas. Jujur ku ingin menjerit sekeras-kerasnya, inginku keluarkan
apa yang aku rasakan selama itu. Tapi aku hanya bisa menjerit dalam hati dan
menangis sedih dalam hati.
Melihat
teman-teman di dampingi oleh orang spesial saat wisuda itu rasanya dalam hati
merasa sedih dan iri. Tapi aku yakin suatu saat nanti akan datang orang yang ku
maksud tanpa ku duga sebelumnya.
Menjalani apapun cobaan dan ujian yang
diberikan oleh-Nya adalah suatu tantangan yang harus ku selesaikan dengan cara
tersendiriku. Yang di Atas tidak akan menguji hambanya melebihi batas kemampuannya. Lika-likunya
kehidupan memang tidak bisa di tebak dan di kira-kira sesuai pemikiran
masing-masing orang yang menjalani, termasuk aku sendiri.
Bukan tentang
kepasrahan yang harus di terapkan di setiap ujian kehidupan yang ada, melainkan
harus tetap semangat, sabar, ikhlas dan bersyukur dengan apa yang ada di depan
mata. Diam bukan berarti menyerah, tidak diam bukan bearti merasa sudah
sempurna. Karena semua orang sama, tidak ada yang sempurna. Hanya masing-masing
di beri kelebihan tersendiri, untuk selalu di jaga dan di syukuri.
Terkadang
banyak orang yang ingin menjadi seperti orang lain, padahal dirinya sudah di
beri kelebihan tersendiri oleh-Nya. Bicara tentang kesedihan itu memang tidak
ada habisnya, banyak orang yang melampiaskan kesedihan tersebut lewat misalnya
makanan, nyanyi, berolahraga, menari dan lain sebagainya. Termasuk aku pun juga
sama, ku lampiaskan lewat menari. Karena jika terpuruk dengan kesedihan tidak
akan terus-menerus dan berlarut-larut memikirkan apa yang sebenarnya di rasakan
oleh hati.
Ya
memang itu yang ku rasakan di balik hari bahagiaku. Di bilang sedih juga tidak
begitu sedih, di bilang bahagia ya memang bahagia. Luar memang merindukan sosok
yang spesial, akan tetapi hati yang paling dalam berkata belum siap lagi untuk
di sakiti.
Berkali–kali jatuh berkali-kali juga harus berdiri oleh semangat
dari orang-orang terdekat yang ku punya. Ibarat vas bunga yang sudah pecah
sulit untuk di satukan lagi seperti sedia kala. Memaafkan orang yang datang memberi harapan dan kenyamanan, lalu dia pergi
meninggalkan luka hati memang tidaklah mudah begitu saja. Pasti ada rasa kecewa
dan sakit hati, benci? Jangan.
Rasa kebencian tersebuat akan merusak hati dan
fikiran, pastinya akan merusak segalanya yang bersifat positif. Aku belajar
mengikhlaskan dari cerita kehidupan yang sudah aku alami sebelumnya, kaitannya
dengan rasa dan perasaan. Sabar dan ikhlas awalnya memang sulit untuk di
jalani, tetapi aku punya MOTTO atau PRINSIP tersendiri untuk selalu tersenyum dan bahagia.
Apapun ujian yang di berikan oleh-Nya pasti ada suatu hikmah yang diperoleh dan
harus lebih berhati-hati lagi untuk melangkah kedepannya. Harus lebih berfikir
dewasa juga dalam menentukan pilihan hidup, karena penyesalan sudah menanti di
akhir cerita. Aku selalu mengambil hikmah di setiap lika-likunya cobaan hidup
yang ada.
Sampai sekarang jika terdengar kata “tersakiti, di sakiti dan menyakiti” hati rasanya ingin menangis,
marah dan teriak. Awalnya memang menangisi, tetapi aku memikirkan kembali.
Untuk apa selalu di fikirkan dan di tangisi, jika ia sama sekali tidak merasa
dan memikirkan balik.
Aku hanya bisa mendoakannya dan mengikhlaskan semua yang
sudah terjadi. Kembali lagi pada yang diAtas, aku percaya bahwa rencananya
lebih indah dari rencanaku. Banyak yang tulus di sia-siakan begitu saja, di
sakiti oleh duri luka yang tajam bahkan di tinggalkan tanpa alasan yang jelas.
Bahkan yang tulus juga tidak membalas duri yang di telah seorang tersebut
tajapkan di hati seorang wanita tulus. Aku hanya mampu tersenyum lebar, di
kala hati dan fikiranku campur aduk. Antara harus senang (jauh dari dia yang
tidak baik) atau harus sedih (dia meninggalkan luka hati). Tapi aku juga tidak akan goyah akan MOTTO
atau PRINSIP yang ku punya sebelumnya. Selalu mendekatkan diri kepada-Nya dan
terus berdoa agar tetap sabar, ikhlas, tegar, bersyukur dan intropeksi diri.
IBARAT BATU KARANG DI LAUT, YANG DI HANTAM
OLEH OMBAK BEBERAPA KALI TETAP DI TEMPAT, KUAT DAN KUKUH
JIKA KEGAGALAN BAGAIKAN HUJAN DAN JIKA
KEBERHASILAN BAGAIKAN MATAHARI, MAKA PERLU KEDUANYA UNTUK MELIHAT PELANGI
Komentar
Posting Komentar