PANTAI KLAYAR PACITAN MENYIMPAN MISTERI



Pacitan, 10 Nopember 2018

Dita maharani  
STKIP PGRI Pacitan

Ku turuni jalan penuh dengan rasa bangga akan ciptaan Sang Maha Kuasa. Ku hirup udara segar yang menyejukkan hati. Ku nikmati hijau segar dedaunan. Ku rasakan dengan lembut hembusan angin yang  membelai. 

Ku tatap birumu , dan ku tersadar bahwa ini Keagungan Tuhan.
Saat ku duduk dibawah pohon kelapa, ku merenung dan menatap birumu. Ku tatap sekali lagi indahmu, kau membalas dengan kedamaian dan ketenangan. Birumu sekan menyarap rasa gundah yang ku bawa. Tiba – tiba debur ombak menyadarkan ku dari lamunan. Terfikir kembali masa laluku yang kelam.
Seorang wanita parung baya yang membukakan pintu,“ Apa yang kau lakukan hingga pulang selarut ini,Nak?”

Diam. Tak ada sepatah kata pun yang kuucap. Ku tutup rapat pintu kamarku.
Waktu sang fajar menyingsing , ku dengar suara lembut Ibu yang membangunkanku dari tidur lelap. “Ambil air wudhu , mari kita salat berjama’ah, Nak !”. Kututup telingaku dengan bantal, ku pejamkan mata ku kembali. 


Seseorang berteriak dengan keras memanggil namaku. Ku segera terbangun dan bergegas mandi. Ku tahu hari ini adalah hari Minggu. Semua orang pasti ada dirumah.  Ayah ,Ibu, Abang dan dua adik kembar ku. Sebenarnya agenda ku hari ini adalah berlibur bersama mereka, namun aku terlalau malas untuk ikut. Ku pilih jalan – jalan bersama teman – temanku sembari bercanda ria. Sudah hampir tiga bulan ini aku tidak ikut keluargaku berlibur. Terkadang aku lebih memilih bermain video games atau hanya bermalas – malasan dirumah.
Minggu ini, aku dan teman – temanku berencana akan mengnjungi sebuah tempat yang sama sekali asing bagi kita. Jam 8 pagi, tanpa seteguk air aku langsung berangkat ke sana.


Peta, hanya selembar kertas sebagaialt petunjuk  jalan. Kami terobsesi dengan sebuah harta karun yang ada di tempat tersebut. Kami tiga sekawan yang hanya bermodalkan nyali dan selembar kertas akhirnya sampai di tempat tujuan. Kita mengikuti arah petunjuk yang ada di peta. 


“ Belok kekanan”.
“ Lihat ada jalan setapak di kanan kita,ayo kita telusuri jalan tesebut.” Seoarang anak berbadan gemuk memberi instruksi.
“Tapi, apa kau yakin itu jalannya” anak berbadan kurus ragu akan instruksi sang teman.
“ Aku sangat yakin jika memang itu jalannya”
“ Baiklah.”
Kami susuri jalan tersebut, namun ketika di ujung jalan ada sebuah pertigaan.
“ Kita lewat jalan yang mana ? Coba lihat petunjuk di peta lagi”.
“ Wah gawat ! Tulisannya tidak jelas. Sepertinya terhapus oleh tetesan air minumku tadi.”
“Bagaimana apa yang harus kita lakukan.”
“Bagaimana kalau kita ambil jalur yang kiri.”
“Atau lurus saja. Nanti kalau kita menemukan orang kita bertanya saja.”
“Ataukah kita harus menunggu di sini dulu sampai ada orang  yang lewat baru kita bertanya”

“Lebih baik seperti itu saja”
Satu menit , sepuluh menit, satu jam kami masih menunggu. Bosan ,lelah , lapar, haus. Tak ada satu orang pun yang lewat. Akhirnya kita sepakat untuk memilih jalur yang lurus. Hari memakin sore , matahari pun sudah enggan menampakkan wajahnya lagi.


“ Bagaimana ini apa yang harus kita lakukan ? Sepertinya kita tersesat ?
“ Apalagi hari sudah mulai malam. Sebaiknya kita segera pulang.”
“Tapi bagaimana kita tidak tahu jalan pulang”
Kita akhitnya berjalan mmengikuti arah jalan setapak.
Tiba - tiba ada seorang kakek yang menghampiri.
“ Nak,apakah kalian tersesat?”
“Ikutlah kakek dulu baru besuk pagi kalian pulang”
Tanpa pikir panjang kami pun mengikuti kakek tersebut. 


Dirumah mungil ini sementara kami mmenginap mungkin besuk kami dapat pulang. Tak terpikirlagi harta karun yang ada di peta itu lagi. Entah sudah hilang kemana peta tersebut.
“Sebenarnya apa yang kalian cari ?”
“Sebenarnya kami ingin mencari harta karun,Kek”
“Oh, kakek tahu sekarang. Sebenarnya harta karun yang kalian cari adalah sebuah tempat. Tempat yang sangat indah.”
“Apakkah kkakek tahu tempatnya?”
“Tentu. Besuk pagi sebelum kalian pulang akan kakek antar kesana.”
. Saat fajar menyingsing, kami diantar oleh  kakek menuju tempat tersebut.


 Memang benar sebuah harta karun yang tak ternilai harganya. Sebuah tempat dengan airnya yang biru, hamparan pasir putih nan bersih deburan ombak yang meneguhkan hati. Tersadar akan keindahan ini aku berencana untuk mengunjunginya lagi bersama keluargaku nantinya.


Satu bulan kemudian aku teringat tentang harta karun itu. Kebetulan hari ini hari Minggu, ternyata aynah dan ibuku belum mempunyai rencana liburan. Aku akan memberikan kejutan untk mereka.
Aku di liburan kali ini berperan sebagai penunjuk jalan. Ku arah mereka ke sebuah tempat dimana aku menemukan harta karun. Sungguh terkagum- kagum akan keindahan ciptaan sang Maha Kuasa.
Pantai Klayar harta karunnya Pacitan


Komentar

Postingan populer dari blog ini

KUPU-KUPU KESEPIAN

KEMARAU MERANGGAS

ARTI SEBUAH PERSAHABATAN