PATAH TUMBUH HILANG SALING BERGANTI



 Pacitan, 13 Nopember 2018

Oleh. Rahma Alit Nurbaiti

“Aku si Benjamina, aku berumur sangat tua disini, kehadiranku sangat berfungsi bagi kehidupan manusia, tidak ada yang berani menebangku karena aku bertubuh besar, tinggi, gagah, hahahaaa” kata pohon trembesi.

“sombong sekali kau benjamina, apa kau tidak tau bahwa dengan tubuhmu yang besar itu kau ditakuti banyak orang karena jika mereka lewat di sepanjang jalan ini mereka takut karena gelap, lampu jalanpun kau tutupi dengan daunnmu yang lebat itu” sergah si aspal kepadanya.
“apa kau tak melihat, jika hujan turun akulah pelindung bagi manusia-manusi itu, mereka menyukai daunku yang lebat untuk berteduh, akupun mampu memberikan udara segar untuk dihirup manusia” kata benjamina dengan bangga.
“benjamina, lihatlah tubuhmu yang semakin membesar, apa kau tidak melihat bahwa kakimu sebentar lagi akan mengenai badanku” lanjut aspal sedikit kesal.
Angin yang berhembus kencang, namun magrib yang membuat jalanan sepi membuat benjamina dan aspal berargumentasi dengan leluasa. Ini bukan kali pertama mereka bertengkar mengenai siapa yang jauh lebih hebat, padahal tanpa disadari Tuhan menciptakan mereka masing-masing dengan memiliki kekurangan dan kelebihan yang berbeda-beda.
“huuh, lelahnya benjamina, siang tadi aku bekerja sangat berat, sekarang mulai banyak kendaraan yang melewatiku, mana anginmu yang katanya menyegarkan itu, apa kau tidak melaksanakan tugasmu?” kata si aspal, namun benjamina tidak ada jawaban.
“heii benjamina, tidurkah kamu?” lanjut si aspal kembali.
“aku tidak tidur aspal, tetapi musim panas yang panjang tahun ini membuat tubuhku semakin lemas, aku kesulitan bernafas, daunku banyak yang mengering, ditambah lagi tubuhku semakin tua, hhh” si benjamina menghela nafas dengan berat.
Aspal semakin hari selalu melaksanakan tugasnya dengan baik, semakin hari semakin banyak pula kendaraan yang melewatinya. Semakin berkembangnya zaman semakin banyak orang-orang yang mulai memiliki sepeda motor sendiri, bahkan untuk sekelas kampung, mulai ada satu dua orang yang memiliki mobil, hingga tak terasa waktu mulai berjalan dengan cepat, aspal yang mulanya bisa dilalui satu lajur kendaraan saja kini ia tidak lagi mampu mnampung jumlah kendaraan bermotor yang semakin hari semakin membeludak. Hingga suatu hari datang 5 orang kejalan sekitar benjamina dan aspal tinggal, mereka membawa tali pengukur jalan untuk mengukur badan aspal. Dengan wajah pucat bergemetar benjamina bertanya kepada aspal,
“aspal, aspal, ada apa manusia-manusia itu kesini?”.
“aku tidak tau benjamina, aku hanya mendengar beberapa perkataan orang-orang itu bahwa jalan akan dilebarkan agar apat menampung banyaknya kendaraan yang lewat” jawab aspal.
“kemudian nasibku bagaimana aspal?” tanya benjamina dengan cemas.

Beberapa hari benjamina hidup dengan rasa bingung, ia cemas dengan nasibnya kelak apakah ia akan ditebang tanyanya dalam hati. Tapi benjamina masih tetap berbangga hati. Ia beranggapan bahwa tidak akan ada yang berani menebangnya karena harga kayunya semakin tua semakin mahal dan fungsinya bagi manusia sangat besar terutama dalam hal penghasil karbon dioksidan dan peneduh dikala hujan. Tetapi takdir berkata lain, suatu hari datanglah truk besar beserta 10 orang datang mendekati benjamina membawa alat-alat berat, alat pemotong kayu dan beberapa tali tambang besar. Hati benjamina begitu terkejut, ia menebak-nebak apakah yang akan dilakukan orang-orang itu kepadanya, kemudian manusia-manusia itu mulai memotong anggota tubuh benjamina sedikit demi sedikit dari tangkai hingga ketubuhnya.
“tolong aspal, tolong, aku tidak mau mati” teriak benjamina.

Selang beberapa tahun kemudian, terdapat banyak sekali toko-toko dan pabrik disepanjang jalan, udara segar pedesaan yang dulu sudah mulai tercemari oleh asap dari pabrik triplek, tidak hanya itu banyaknya kendaraan bermotor justru semakin menambah buruk polusi udara disekita tempat tinggal aspal. Pada saat siang hari terasa panas karena tidak ada tumbuhan sama sekali disepanjang jalan. Aspal pun mulai menyesali kepergian sahabatnya itu, aspal sangat menyesal selama benjamina hidup, ia selalu mengajaknya bertengkar akan hal remeh-temeh. Tetapi manusia tidak pernah mau peduli dengan kondisi sekitar, tentang kondisi alamnya yang kian memburuk, manusia lebih mementingkan realitas hidup, perekonomian untuk mencukupi kehidupan sehari-harinya tanpa menyedari pentingnya udara segara bagi mereka. Dan kini hanya tinggal penyesalan yang dapat mereka rasakan.
Di suatu siang saat musim panas, aspal dikagetkan akan tumbuhnya satu tunas kecil ditepi jalan, tunas itu tumbuh di tanah depan toko pakaian. Aspal kaget, ia teringat saat pertama kali benjamina tumbuh. Tunas itu sama dengan benjamina, bahkan bau tubuhnyapun sama, aspal sangat senang akan hal itu. Tunas tersebut tumbuh tepat di tempat benjamina hidup dulu, “apakah itu tunas dari benjamina yang masih tertinggal dibawah tanah?” gumam aspal. Semakin hari tunas itu semakin tumbuh membesar, bahkan atas datangnya musim hujan tahun itu justru mempercepat pertumbuhan tunas tersebut, karena sedari kecil tunas tersebut tidak ada yang merawat, tidak ada yang menyirami. Tunas tersebut sama seperti benjamina, ia sama-sama memiliki sifat tangguh dan kuat. “aku tidak sabar menanti kamu besar benjamina” kata aspal disuatu siang.
“haii aspal, selamat pagi” sapa tunas tersebut dengan ramah. Kemudian aspal terjaga dari tidurnya, aspal terkaget darimana datangnya suara tersebut.
“haii aspal, sini sini. Aku benjamina”.
Aspal benar-benar terkejut, ternyata benjamina datang kembali menemani hari-harinya yang sempat sunyi, “hai benjamina, kau masih ada, bagaimana bisa kau tumbuh kembali?”.
“semua tumbuhan bisa beranak pinak benjamina, saat orang-orang menebangku maka akan berjatuhan biji-bijiku, dan itu lambat laun akan dapat tumbuh kembali. Tetapi hanya kemungkinan kecil saja mereka dapat tumbuh. Dan aku sekarang tumbuh karena aku sangat menyayangimu sebagai sahabatmu. Aku ingin menjaga udara dikampung halamanku lagi agar tetap segar dan asri”.
“terimakasih benjamina, kau memang sahabatku” tambah aspal dengan bahagia.
Hari-hari berlalu begitu cepat, benjamina tumbuh dengan cepatnya. Saat benjamina sudah mulai tumbuh meninggi baru orang-orang menyadari keberadaannya. Bahkan untuk menebangnya lagi itu sudah telat. Benjamina tumbuh dengan besarnya hingga akar dan tubuhnya mampu merusak pelataran toko yang ada disekitarnya. “biarkan saja, itu karma yang didapat manusia-manusia itu, karena mereka tidak menyayangi alam sekitar” kata benjamina dengan ketus. Dengan tumbuhnya benjamina lagi, orang-orang justru menghubungkannya dengan hal-hal mistis, mereka beranggapan bagaimana bisa pohon yang sudah ditebang dapat tumbuh lagi. Akibat hal tersebut saat ini tidak ada manusia lagi yang berani menebangnya. Dengan tumbuhnya benjamina kembali, udara yang sempat kotor menjadi segar. Saat siang hari dimusim panas, tetap ada sedikit angin yang berhembus dari tubuh benjamina,
“haii benjamina, kamu melaksanakan tugasmu dengan baik hari ini” kata aspal.
“haii juga aspal, kaupun juga melaksanakan tugasmu dengan baik hari ini, banyak yang melewati jalanmu” lanjut benjamina.
Jalanan desa sekarang lebih ramai daripada biasanya, kesejahteraan warganya semakin bertambah karena banyaknya lapangan pekerjaan, dibangunya toko-toko dan pabrik menambah minat masyarakat desa untuk mau bekerja. Sedangkan orang-orang juga mulai mengerti akan pentingnya merawat lingkungan sekitar akibat pembelajaran yang diberikan dari benjamina. Saat benjamina mati polusi udara merajalela, tetapi setelah adanya benjamina udara kembali segar. Akibat hal itu warga desa berbondong-bondong menanam benjamina-benjamina lain disepanjang jalan tersebut.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KUPU-KUPU KESEPIAN

KEMARAU MERANGGAS

ARTI SEBUAH PERSAHABATAN