KU PINJAM NAMAMU UNTUK KU CERITAKAN KEPADA RABB KU






Pacitan, Rabu 14/11/2018

Rima Damayanti    

       
Aku percaya setiap insan mempunyai satu nama di ruang istimewa dalam hatinya, namun tak menjadi satu-satunya dan tak menjadi yang pertama melainkan menjadi yang ke tiga setelah Allah serta Rosul-Nya dan setelah orang tua dan keluarganya. Entah nama itu sekarang sudah berada pada masa lalu yang terindah atau bahkan tak terlupakan dan kini hanya pantas disebut sebagai kenangan, atau nama itu kini masih selalu dibangga-banggakan karena mempunyai rasa memiliki terhadap si pemilik nama tersebut, atau satu nama yang hanya berada di sebuah angan belaka dan berharap kehadirannya di masa yang akan datang.

Aku wanita pemimpi, berimajenasi tinggi, selalu membangun angan yang membuat hidupku lebih berwarna dengan adanya mimpi-mimpi. Terkadang aku berkhayal bagaimana jadinya kelak jika mimpiku akan menjadi kenyataan, wah pasti akan sangat menyenangkan.Tetapi jauh dari itu semua aku sempat berpikir bahwa mimpi-mimpiku ini terlalu tinggi, sempat terbesit di benakku, “Apakah aku bisa mewujudkannya...?”  pikiran negatif apa ini,segera saja ku tepis pemikiran negatif tersebut. Aku ini bukan hanya wanita pemimpi namun wanita tangguh yang siap menerjang  badai untuk mencapai mimpi. 



 Kini mimipi yang terus menghantui pikiranku ialah mimpi tentang sosok lelaki yang pertama kali ku temui di salah satu kegiatan organisasi, sungguh munafik jika hanya di dalam pikiranku saja, toh nyatanya lelaki itu telah berhasil mengusai hatiku. Seperti Nabi Muhammad yang menyimpan Khadijah dalam hatinya, begitu pula aku yang menyimpan satu nama lelaki yang telah ku sematkan dalam lubuk hati. Bukan sembarang lelaki, ia penghuni salah satu pesantren terkenal di kota Pacitan, sosok lelaki yang mengenakan baju koko putih dan balutan kain sarung hitam polos yang memberikan kesan religius, serta peci atau yang biasa disebut kopiah oleh orang Pacitan mampu memberikan kesejukan hati setiap mata hawa yang memandangnya, dan satu buah kamera yang selalu tergantung di lehernya menjadi ciri khas baginya. Sungguh lelaki idaman masa depan. 

Seandainya kelak aku dapat hidup bersamanya aku tak akan ragu untuk memperkenalkannya kepada teman-temanku yang kini telah menyempurnakan sebagian agamanya melalui jalur menikah, dengan bangga aku akan mengatakan ini adalah IMAMKU, kini laki-laki itu ku sebut sebagai IMAMKU untuk mewakili isi hatiku yang sejujurnya memang sangat menginginkan sosok laki-laki yang akan menggelar sajadah tepat di sebelah kiri depaNku.

Namun saat ini IMAMKU sedang OTW, tetapi aku pun tak tahu kemana tujuan langkah kakinya,
“Akankah ia menujuku... ?”
“Atau OTW menuju hati yang lain...?”
Sejuta pertanyaan sebenarnya sudah memenuhi pikiranku yang kaitannya dengan ia
“Sudah adakah wanita istimewa di hatinya selain ibunya...?”

Pernah tidak sedetik saja wajahku terlintas di pikirannya...?”
“Pernah tidak ia menyebut namaku dalam do’anya...?”


Sepertinya aku tak perlu risau memikirkan hal itu, karena semua itu sudah diatur dengan baik oleh-Nya, aku yakin bahwa rezeki sudah ditakar dan jodoh tak akan tertukar, selama aku berusaha dan berdo’a tidak ada yang tidak mungkin. Usahaku tak perlu melelahkan fisik, cukup meminjam namanya untukku ceritakan kepada sang maha membolak-balikkan hati di sepertiga malam ku. Dengan Bismillahku ungkapkan segala rasaku kepada-Nya, sehingga hanya aku dan Tuhan yang tahu.  

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KUPU-KUPU KESEPIAN

KEMARAU MERANGGAS

ARTI SEBUAH PERSAHABATAN